Harga Sayuran Di Pratin Anjlok


PRATIN – Meskipun isu naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) semakin santer dan mengatrol naiknya harga kebutuhan bahan pokok, namun tidak halnya dengan harga sayuran.

Berdasarkan pengamatan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, harga komoditas agro di Kabupaten Purbalingga malah turun antara 25 persen hingga 80 persen. Sebut saja, daun bawang (loncang) per kologram turun dari Rp 6.000 menjadi Rp 2.500.

Untuk tomat yang tadinya Rp 5.000, kini hanya Rp 2.500 per kilogramnya. Kentang, dari Rp 6.000 per kilogram melorot menjadi Rp 3.500. Yang paling parah adalah cabe yaitu dari Rp 16 ribu menjadi Rp 8.000 per kilogram.

Rendahnya harga tersebut tentu saja membuat para petani kalang kabut. Sebab harga jual tidak sebanding dengan biaya produksi untuk membeli bibit dan pupuk kandang. “Kalau tidak dipanen, malah semakin merugi,” kata Purwadi, petani tomat asal Desa Pratin, Kecamatan Karangreja.

Di saat petani merugi akibat harga sayuran yang anjlog itu, tidak bagi para tengkulak. Mereka malah bisa meneguk keuntungan. Dengan harga yang rendah, mereka dapat melepas harga yang tinggi di daerah lain.

Salah satu tengkulak, Riyadi mengatakan, ia dapat membeli sayur dalam jumlah besar dan dikirim ke daerah lain dengan harga jual tinggi seperti di Cirebon, Semarang dan Yogyakarta. “Apalagi jika dijual di daerah perkotaan, harganya bisa tinggi,” katanya.

Sementara itu, Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga, Djarot Sophan Riyadi mengatakan, turunnya harga sayuran tersebut disebabkan melimpahnya stok karena masa panen. Sedangkan dari dinas sendiri tidak dapat mengatur harga.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More