WONG PRATIN - Eforia masyarakat desa Kutabawa pascareformasi sangat memberikan pengaruh terhadap delegitimasi kekuasaan di desa ini, karena bangkitnya semangat kontrol masyarakat desa terhadap pemerintahan desa.
Terbukanya ruang berdemokrasi yang begitu luas, tanpa adanya pendidikan politk yang memadai bagi masyarakat desa ini seringkali menimbulkan kohesifitas yang memunculkan isu kekerasan dan penyimpangan atas nilai-nilai demokrasi. Munculnya tindakan teror dan intimidasi kepada warga desa, permainan politik uang dan tindakan tidak terpuji lainnya selalu mewarnai hajatan demokrasi ketika warga desaKutabawa hendak menggelar Pilkades.
Semestinya peran BPD sebagai sebuah mekanisme dan proses politik yang dibangun dari prakarsa lokal untuk mencegah praktik-praktik kekerasan dan penyimpangan nilai-nilai demokrasi perlu disosialisasikan kepada masyarakat desa. Kehadiran BPD dimaksudkan adalah agar dapat menerapkan subsidiarity desa dalam membuat peraturan desa, dan di sisi lain BPD merupakan ruang bagi artikulasi politik, partisipasi masyarakat dan kontrol terhadap pemerintah desa. Secara empirik, ruang demokrasi yang terus terbuka dan kehadiran BPD seharusnya membuat desa semakin semarak dan demokrasi di desa semakin hidup karena adanya keseimbangan sistem pembagian kekuasaan antara kepala desa dan parlemen desa tersebut.
Kekuasaan kepala desa yang tadinya absolut dan sentralistik secara pelan-pelan semakin dinamis oleh demokratisasi, sehingga membuatnya lebih “hati-hati” dan bertanggungjawab dalam mengelola kekuasaan di desa. Namun apa yang terjadi selama ini di Desa Kutabawa justru sebaliknya pengelolaan desa bukanya semakin maju malah semakin mundur kebelakang. Transparasi semakin di tutup-tutupi, pelayanan masyarakat ambur radul, Perangkat desa dengan SDM yang sangat rendah, karena dengan modal 16 juta sudah bisa menjadi perangkat, tanpa melihat kemampuanya. Yang lebih parah lagi banyaknya bangunan di pasar Kutabawa di klaim pihak ketiga ( pihak yang berkuasa di desa ini ) Mereka membangun dan menyewakan kios di atas tanah desa, dan keuntunganya masuk kantong sendiri. Dan masih banyak lagi penyimpanagan-penyimpangan yang terjadi selama ini.
Inilah PR bagi calon kepala desa baru di desa Kutabawa, Mampukah mengatasi masalah-masalah itu, atau justru desa ini akan lebih terpuruk…?
Dari informasi yang kami terima langsung dari sumbernya telah ada 2 bakal calon kepala desa Kutabawa, yaitu Abdul rozak dan Edi Suroso, dari kedua bakal calon ini sama-sama berlatar belakang petani. Kita kembalikan saja kepada masyarakat desa Kutabawa siapa yang lebih pantas untuk menduduki Kutabawa 1….?
0 komentar:
Posting Komentar