
Radio Nederland Worldwide (RNW) menghentikan siaran berbahasa asing yang sudah bertahan 65 tahun akibat pemotongan anggaran. Siaran yang ikut dihentikan termasuk siaran berbahasa Indonesia oleh Ranesi (Radio Nederland Siaran Indonesia).
Radio Nederland Worldwide mengklaim didengar oleh 50 juta orang setiap pekannya. Dulu anggaran untuk RNW datang dari kementerian pendidikan dan kebudayaan Belanda. Mulai tahun depan, anggaran dikeluarkan oleh kementerian luar negeri. Jumlah anggaran yang dipotong lumayan besar, 70 % hingga penutupan siaran berbahasa asing tak bisa dielakkan.
Kegiatan terakhir Ranesi berlangsung Jumat 29 Juni 2012 dengan waktu siar pukul 17.00 hingga 20.00 WIB (3 jam siaran langsung). Setelah itu lenyap dari udara dan penerbitan situs juga berhenti. Selanjutnya, organisasi penyiaran ini memfokuskan kegiatan hanya pada negara-negara tanpa kebebasan pers.
Tutupnya siaran Ranesi terasa ironis. Sebab, asal muasal siaran RNW sejatinya dari Indonesia. Pada 11 Maret 1927, siaran internasional pertama dapat didengar di Indonesia (Dutch East Indies). Tercatat pada 31 Maret 1927, pidato Ratu Wilhelmina bisa didengar dengan transmitter Philips.
Pada 15 April 1947, terjadi pemisahan antara radio domestik dan siaran internasional. Itulah awal mula siaran Radio Nederland Worldwide mulai mengudara. Saat itu siaran bisa didengar dengan bahasa Belanda, Indonesia, Inggris, dan Spanyol. Maka itu, tahun 1947 ditetapkan sebagai tahun lahir RNW.
Seperti dikutip dari situs Ranesi, pada 14 Juni kemarin, Ranesi mengadakan acara perpisahan dengan publiknya di Indonesia. Acara dihadiri Direktur Utama RNW, Jan Hoek, dan Dubes Belanda untuk RI, Tjeerd de Zeeuw.
Menjawab pertanyaan apakah RNW akan aktif lagi di Indonesia kalau ekonomi di Eropa membaik, Dirut Jan Hoek menjawab, itu terserah kabinet baru Belanda nanti. "Namun RNW sendiri tengah menyelidiki kemungkinan untuk menyelenggarakan berbagai proyek di bidang toleransi, pedoman elektorat untuk memilih partai mana dalam pemilu, kesehatan seksual, dan penanganan problematik air di Indonesia," ungkapnya.
Dalam sambutannya Dubes Belanda untuk RI De Zeeuw menyesalkan penghentian siaran Ranesi, tetapi menyambut baik perkembangan pers di Indonesia.









0 komentar:
Posting Komentar